Pagi ini teringat kita pada cerita lama tentang orang-orang kuat dari Panaruko. Bukan sekadar cerita warung kopi, tapi cerita tentang "peneroka"—orang yang berani membuka lahan baru, menyibak semak belukar menjadi lahan, membuka jalan di tempat yang gelap/belum terjamah.

Konon kabarnya, nenek moyang kita dari Panaruko itu benar-benar memegang pepatah: "Ka rimbo indak nyo hilang, ka lauik indak nyo karam." atau "Ke rimba tidak hilang, ke laut tidak tenggelam." (Artinya: Seseorang yang tangguh dan mampu bertahan hidup di mana saja).

Dia berjalan tidak melihat ke belakang. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Tapi, yang namanya kampung halaman di Panaruko tidak pernah dilupakan. Dari tangan dinginnya, lahan yang dulunya hutan rimba, kini sudah menjadi sawah bertingkat dan ladang yang subur.

Jasa pejuang dari Panaruko ini memberi kita pelajaran penting: Bahwa hidup itu perlu pengorbanan/kerelaan. Rela bersusah payah dahulu, agar anak cucu senang kemudian.

Selamat pagi, selamat beraktivitas. Jangan lupa jaga warisan nenek moyang kita.

Pantun penutup: "Batang kapeh di tangah ladang Diambuih angin daunnyo jatuah Walau paneh harinyo gadang Sumangaik Panaruko tataplah taguah".